Kiss FM Medan – Di sebuah desa kecil di Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, lahir sebuah tradisi yang tak biasa: kompetisi binaraga antar-jebor, atau pabrik genteng tradisional. Yang membuatnya istimewa, para peserta bukanlah atlet profesional, melainkan pekerja pabrik genteng yang sehari-hari bergelut dengan tanah liat dan tumpukan genteng.
Ajang ini diprakarsai oleh Jatiwangi Art Factory (JaF), sebuah komunitas seni yang sejak lama menghubungkan budaya lokal dengan ekspresi kreatif. Sejak pertama kali digelar pada 2015, lomba ini telah menjadi simbol kebanggaan dan bentuk perayaan identitas Jatiwangi sebagai salah satu sentra produksi genteng terbesar di Indonesia.
Dalam kompetisi ini, para peserta tampil layaknya binaragawan profesional: memamerkan otot, berpose dengan penuh percaya diri, hingga mengangkat genteng sebagai “alat peraga” khas yang membedakan mereka dari ajang binaraga pada umumnya. Aksi tersebut bukan sekadar hiburan, melainkan representasi dari kerja keras yang selama ini menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat setempat.
Di balik keseruan lomba, terselip pesan penting: industri genteng tradisional tengah menghadapi tantangan besar akibat modernisasi dan pergeseran pasar. Melalui acara ini, JaF dan para pekerja berusaha mengingatkan publik akan nilai budaya dan ekonomi yang terkandung dalam genteng Jatiwangi.
Respon masyarakat luas sangat positif. Banyak yang melihat kompetisi ini bukan hanya sebagai tontonan unik, tapi juga karya seni kolektif yang menggabungkan kerja, tradisi, dan kreativitas. Bagi para peserta, tampil di panggung binaraga ini adalah bentuk apresiasi terhadap tubuh mereka yang ditempa oleh pekerjaan berat sehari-hari.
Dengan semangat solidaritas, kompetisi binaraga jebor di Jatiwangi kini telah menjelma menjadi tradisi budaya yang memadukan kekuatan fisik, identitas lokal, dan kebanggaan komunitas. Sebuah bukti bahwa kebudayaan bisa tumbuh dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan masyarakat.