Kiss FM Medan – Gelombang protes untuk Boikot Spotify datang dari kalangan musisi independen setelah CEO Spotify, Daniel Ek, dikabarkan berinvestasi besar-besaran dalam perusahaan teknologi senjata berbasis AI, Helsing. Perusahaan tersebut mengembangkan perangkat lunak untuk drone tempur seperti HX-2 AI Strike Drone.
Ek diketahui menggelontorkan dana sebesar US$115 juta sejak 2021 melalui perusahaan pribadinya, Prima Materia. Meski investasi ini dilakukan sebelum invasi Rusia ke Ukraina, keputusannya untuk ikut dalam pengembangan teknologi militer tetap memicu reaksi keras.
Beberapa musisi yang sudah menarik karyanya dari Spotify antara lain Xiu Xiu, Deerhoof, label Kalahari Oyster Cult, dan King Gizzard & the Lizard Wizard. Vokalis King Gizzard, Stu Mackenzie, mengatakan langkah ini bukan aksi politis, melainkan bentuk kejujuran terhadap diri sendiri.
Kontroversi ini memperpanjang daftar panjang masalah Spotify: mulai dari royalti minim untuk musisi, keberadaan podcast penyebar misinformasi seperti Joe Rogan saat pandemi, hingga dukungan pada band berbasis AI yang dilabeli “verified artist”.
Meski begitu, menurut The Los Angeles Times, dampak boikot dari musisi-musisi ini masih tergolong kecil. Spotify mungkin baru akan merasakan tekanan besar jika musisi pop kelas dunia turut angkat kaki, seperti yang pernah dilakukan Taylor Swift di tahun 2014–2017.
Keputusan Ek mencerminkan ketegangan antara bisnis, teknologi, dan etika. Sementara para musisi makin lantang bersuara, publik kini diajak bertanya: di mana kita berdiri saat musik dan perang saling bersinggungan?