Kiss FM Medan – Peluncuran Google Veo 3, model AI terbaru yang bisa menghasilkan video dari teks, langsung mengundang sorotan. Di satu sisi, teknologinya luar biasa: pengguna tinggal ketik perintah, dan Voila! muncul video sinematik berkualitas tinggi. Tapi di sisi lain, muncul pertanyaan besar dari dunia perfilman: apakah ini akhir dari peran manusia di balik layar?

Beberapa waktu lalu, video iklan berdurasi 3 menit yang dibuat sepenuhnya oleh AI Veo—tanpa aktor, lokasi, atau kru produksi—jadi viral. Walau hasil visualnya mengesankan, banyak sineas menyoroti hilangnya “jiwa” dalam narasi dan ekspresi karakter.

“AI bisa buat gambar, tapi belum tentu bisa bikin rasa,” ujar salah satu penulis naskah senior Hollywood.

Kekhawatiran ini bukan cuma soal kualitas, tapi juga soal lapangan kerja. Aktor latar, penata cahaya, bahkan editor—bisa saja tergeser kalau AI makin dominan. Ini mengingatkan pada protes besar dari para penulis dan aktor Hollywood di tahun-tahun sebelumnya yang meminta regulasi atas penggunaan AI dalam industri hiburan.

Google sendiri belum menyatakan bahwa Veo akan digunakan dalam produksi film besar, tapi demonya sudah cukup bikin panas dingin industri.

Kini, muncul dua kubu: mereka yang melihat AI sebagai alat bantu kreatif, dan mereka yang melihatnya sebagai ancaman eksistensial terhadap seni.

Satu hal yang pasti, kehadiran Veo 3 memaksa kita bertanya ulang: apa arti kreativitas ketika mesin mulai ikut menulis dan menyutradarai?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here