Kiss FM Medan — Kontroversi besar mengguncang cabang esports SEA Games 2025 setelah atlet Thailand, Naphat “Tokyogurl” Warasin, didiskualifikasi dari pertandingan Arena of Valor (AoV) karena terbukti melakukan pelanggaran serius terhadap aturan kompetisi.
Insiden bermula pada pertandingan Winner Bracket Final antara tim putri Thailand dan Vietnam pada 15 Desember 2025 ketika panitia teknis menemukan indikasi penggunaan unauthorized third-party software oleh Tokyogurl — tindakan yang dilarang dalam buku pedoman teknis esports SEA Games. Investigasi lanjutan menyatakan bukti cukup kuat, sehingga panitia mengambil keputusan diskualifikasi langsung, dan keputusan itu bersifat final.
Lebih dari itu, selama pertandingan siaran langsung, Tokyogurl juga sempat terekam membuat gestur tidak pantas, yang memicu kecaman luas dari penonton dan komunitas gaming. Meskipun atlet tersebut kemudian membantah tuduhan curang, argumennya tidak membuahkan perubahan keputusan resmi dari panitia.
Akibat pelanggaran ini, Federasi Esports Thailand (TESF) memutuskan untuk menarik seluruh tim putri AoV dari SEA Games 2025, sebagai bentuk tanggung jawab dan upaya untuk menjaga integritas nasional dalam ajang olahraga regional. Klub profesional tempat Tokyogurl bernaung, Talon Esports, juga langsung memutus kontrak dengan atlet tersebut.
Keputusan tersebut berdampak pada klasemen akhir cabang AoV putri — Vietnam mengamankan medali emas, sedangkan Laos dan Timor-Leste mengisi posisi medali perak dan perunggu setelah Thailand tidak melanjutkan kompetisi.Kasus ini menjadi pengingat tajam bahwa dalam competitive gaming, fair play, etika, dan kepatuhan terhadap peraturan adalah elemen tak terpisahkan dari semangat kompetisi modern.











