Kiss FM Medan – PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah merancang layanan baru yang ditujukan khusus untuk masyarakat desa, yakni Kereta Api Petani Pedagang. Program ini terinspirasi dari keberhasilan slow train di China, kereta berkecepatan rendah yang berperan besar dalam membantu petani mengangkut hasil bumi mereka ke pasar.
Di China, slow train awalnya identik dengan kereta tua yang berjalan lambat. Namun meski kereta cepat dan teknologi modern berkembang pesat, pemerintah tetap mempertahankan layanan ini. Alasannya jelas: slow train terbukti menjadi urat nadi masyarakat pedesaan. Dengan tarif terjangkau dan fasilitas sederhana, kereta ini mempermudah warga pegunungan dan desa terpencil untuk bepergian, mengakses pendidikan, layanan kesehatan, hingga menjual komoditas ke kota.
Lebih dari satu dekade, slow train menjadi simbol keberpihakan terhadap rakyat kecil. Bagi banyak petani, kereta ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan sarana vital yang menopang kehidupan dan mata pencaharian mereka.
KAI menilai kondisi Indonesia tak jauh berbeda. Banyak desa dengan akses terbatas masih kesulitan membawa hasil panen ke pusat distribusi. Biaya transportasi tinggi kerap membuat petani merugi, karena harga jual hasil bumi tidak sebanding dengan ongkos distribusi. Dengan adanya Kereta Api Petani Pedagang, masalah ini diharapkan bisa diatasi.
Jika terealisasi, kereta ini akan memudahkan aliran komoditas dari desa ke kota dengan harga lebih murah dan cepat. Selain itu, kehadirannya juga berpotensi mendongkrak ekonomi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Langkah KAI ini menunjukkan komitmen untuk tidak hanya menjadi penyedia transportasi, tetapi juga penggerak pembangunan ekonomi rakyat. Kini, publik menanti kapan program tersebut bisa segera diimplementasikan di jalur-jalur strategis.
Kereta untuk petani, pada akhirnya, bisa menjadi jembatan penting antara desa dan kota—mewujudkan mimpi distribusi pangan yang lebih adil dan efisien.












