Kiss FM Medan – Beberapa minggu terakhir, nama Mia Zelu jadi sorotan di Instagram. Dengan penampilan memukau, gaya fashion high-class, dan caption yang menyentuh hati, Mia berhasil menarik lebih dari 160.000 pengikut dari seluruh dunia. Tapi ada satu fakta yang mengejutkan: Mia bukan manusia!
Ya, Mia Zelu adalah AI influencer, hasil ciptaan teknologi kecerdasan buatan. Meski di bio Instagram-nya tertulis jelas bahwa ia adalah “digital storyteller and AI influencer”, banyak orang tetap terkecoh karena visualnya yang sangat realistis. Bahkan beberapa pengikutnya percaya Mia benar-benar menghadiri acara bergengsi seperti Wimbledon 2025—padahal semua hanya rekayasa digital.
Fenomena Mia Zelu ini memicu diskusi luas soal batas antara dunia nyata dan dunia virtual. Di satu sisi, Mia adalah contoh kemajuan teknologi yang luar biasa. Tapi di sisi lain, muncul kekhawatiran: bagaimana jika lebih banyak AI seperti Mia digunakan untuk menyesatkan atau menciptakan ilusi “kehidupan sempurna” di media sosial?
Banyak netizen merasa tertipu, terutama karena visual Mia sangat meyakinkan dan narasi yang ia bangun di feed-nya terasa sangat “manusiawi”. Tak sedikit yang menyebutnya sebagai “deepfake influencer”.
Fenomena ini membuka mata banyak orang bahwa di era digital sekarang, tak semua yang kita lihat di layar itu nyata. Influencer bisa dibuat dari algoritma, emosi bisa diprogram, dan eksistensi bisa direkayasa.
Jadi, pertanyaannya sekarang:
Apakah kita masih bisa percaya dengan apa yang kita lihat di media sosial?