Kiss FM Medan – Dilansir dari McKinsey, Korea menjadi konsumen brand mewah terbesar di dunia bahkan di atas Jepang, China dan Amerika. Korea Selatan memegang 46% sedangkan China di 44% lalu disusul Jepang 6%, AS 6% dan Eropa 3%.
Naiknya minat fashion ternyata seiring dengan naiknya minat makanan murah di Korea yang mencapai hingga 67%.
Fenomena ini dinamai Ambivalen Consumer di Korea yang merujuk pada perilaku mengorbankan suatu hal demi mendapatkan hal lain. Dengan laporan ekonomi seperti ini maka disimpulkan orang-orang Korea rela mengorbankan biaya makan dan menambah pemasukan dari part time demi bisa beli barang mewah.
Faktor yang membuat adanya Ambivalen Consumer ini didukung oleh banyaknya idol muda yang ditunjuk sebagai BA dari brand mewah tersebut, faktor rekomendasi teman dan keluarga serta standar hidup yang berlaku.
Mereka sekarang telah menjadi pembelanja terbesar untuk barang mewah per kapita, melampaui pasar di China dan bahkan AS. Total pengeluaran barang mewah pribadi oleh warga negara Korea meningkat 24 persen menjadi 21,8 triliun won ($16,8 miliar) pada tahun 2022 – sekitar 400.000 won ($325) per orang – menurut penelitian terbaru oleh Morgan Stanley.
“Saya membeli tas mewah pertama saya di usia 20-an ketika saya mendapatkan gaji pertama saya. Saya memutuskan akan ada saat-saat ketika saya membutuhkan tas yang bagus setelah memulai karir saya. Saya telah secara teratur membeli tas mewah, baik yang mahal maupun yang sedang, sekali atau dua kali setahun sejak itu,” kata Jang, seorang pekerja kantor berusia 32 tahun yang berbasis di Seoul kepada The Korea Times.
“Aku tahu itu mahal dibandingkan dengan gajiku, tapi itu memberiku kepercayaan diri. Aku menganggapnya sebagai hadiah untuk diriku sendiri setelah bekerja keras siang dan malam,” tambah Jang.
Menurut Shinsegae, Generasi MZ menyumbang hampir 40 persen dari total penjualan barang mewah pada tahun 2021. Pembelian barang mewah oleh pelanggan berusia 20-an meningkat dua kali lipat setiap tahun, jauh melebihi pertumbuhan penjualan barang mewah secara keseluruhan sejak 2016, ketika pelanggan berusia 30-an menjadi pembeli terbesar. kata Morgan Stanley.