KISS FM MEDAN – Apapun bisa menjadi alasan untuk sebuah album yang terdengar seperti tumpukan lagu impulsif tanpa benang merah dan karakter yang konsisten, namun tetap dapat diterima. Setidaknya, itulah yang dilakukan salah satu personel grup K-pop Blackpink, LISA, di bawah naungan label barunya, RCA Records, pada album terbarunya bertajuk Alter Ego. Album ini memang dikonsep untuk mengeksplorasi lima persona yang masing-masing memiliki nama dan sifat unik, lengkap dengan tampilan visualnya.

Image from @/lalalalisa_m

Lima persona yang bernama Roxi, Kiki, Vixi, Sunni, dan Speedi dibentuk oleh LISA untuk mencoba berbagai genre musik dalam pembuatan album ini. Secara keseluruhan, album ini terdengar seperti LISA ingin melepaskan diri dari karakter musiknya yang terdahulu, yang tercermin pada single seminalnya, MONEY dan LALISA, pada tahun 2021. Hal ini dapat dibuktikan melalui produksi album ini yang terdengar lebih matang, dengan aspek komposisi dan penyampaian yang lebih dewasa dan segar dalam kapasitas LISA sendiri.

Trek New Woman menjadi contoh dari hal yang dijelaskan di atas. Lagu yang paling edgy di album ini, yang didasarkan pada persona y2k LISA bernama Kiki, berhasil menunjukkan kemampuan LISA dalam berpindah dari rap tempo cepat ke nyanyian melodis di atas beat yang sarat dengan elemen musik populer dari tahun 2000-an, seperti CD scratching, synth-bass bergaya industrial, serta vokal yang difilter. Persona Kiki-nya juga bisa terdengar di trek yang diproduksi oleh Ryan Tedder, Rapunzel. Pada trek ini, pola drum dan synth atmosferik, serta hook “That’s money, that’s motherfuckin’ money” cukup memikat dan mendorong batasan kreatif LISA.

Meski gaya musik yang cukup eksploratif pada album ini, kelihatannya LISA masih terjebak dengan lirik bertemakan self-empowerment yang sangat percaya diri. Di satu sisi, hal ini memang terasa cocok mengingat tema yang disebutkan di atas dibawakan dengan mood lagu yang sesuai. Namun, ramuan kata-kata dalam lirik di album ini terasa cukup mudah ditebak perspektifnya dan cenderung membosankan. Rapalan-rapalan flexing yang tiada henti dan singgungan yang tidak se-savage itu membuat album ini terasa kurang menyelami alter ego yang dihadirkan. Mungkin Alter Ego pada awalnya memang dibuat bukan untuk memberi pemahaman yang mendalam terhadap persona yang ada, melainkan hanya sebagai paket promosi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Roxi, Sunni and Kiki persona

Walaupun begitu, alter ego bernama Sunni menjadi angin segar pada album ini. Karakter Sunni memang ditujukan untuk menunjukkan sisi LISA yang lebih lembut dan vulnerable. Dua trek yang didasarkan pada persona ini termasuk lagu yang menginterpolasi nomor seminal Sixpence None The Richer bertajuk Kiss Me pada Moonlit Floor, serta dua trek lainnya, yaitu When I’m With You feat. Tyla dan Dream. Sebagai rapper utama di grupnya, BLACKPINK, LISA pada persona ini menunjukkan bahwa dia memiliki sensibilitas pop yang kuat dan mungkin saja lebih cocok membawakan lagu-lagu dengan aroma pop yang kuat seperti trek-trek tersebut.

Salah satu hal menarik dalam album ini adalah bagaimana LISA mengkurasi musisi untuk berkolaborasi. Pemilihan kolaborator seperti ROSALÍA, Future, Tyla, dan Megan Thee Stallion terasa sangat tepat, karena masing-masing membawa karakter musikal yang unik dan memperkaya album. Future dengan trap khasnya, dan Tyla dengan vokalnya yang pop-oriented, menambah dimensi pada lagu-lagu LISA. Kolaborasi dengan Megan Thee Stallion, yang dikenal dengan gaya rap-nya yang kuat, menciptakan chemistry luar biasa dan menyeimbangkan gaya fleksibel yang coba ditunjukkan LISA pada album ini.

Image from @/lalalalisa_m

Trek bertajuk Lifestyle menjadi salah satu trek dengan produksi paling memikat. Jika LISA ingin membawa narasi antagonis terhadap personanya, mungkin musik seperti inilah yang bisa menjadi benchmark-nya. Humming dan layer vokal yang mencekam, lengkap dengan beat ala jersey beat pada lagu ini, merupakan kombinasi yang cukup untuk menjadi entrance song kalian ketika memasuki sebuah ruang yang dipenuhi oleh cahaya tembakan laser dan dentuman sub-bass yang memacu jantung.

Secara keseluruhan, album ini mampu menunjukkan sejauh mana artistry seorang LISA dapat didorong. Namun, seperti yang disebutkan di awal, dengan banyaknya karakter yang dimunculkan di album ini, malah membuat album ini terdengar seperti LISA masih belum juga menentukan di mana kakinya seharusnya berpijak. Kita mungkin harus menunggu rilisan berikutnya untuk melihat LISA naik level lagi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here