Kiss FM Medan – Penampilan grup rap Irlandia, Kneecap, di Glastonbury Festival 2025 tak hanya memukau ribuan penonton, tapi juga memicu kontroversi politik yang panas. Tampil di panggung West Holts pada Sabtu (28/6), mereka disambut lautan bendera Palestina dan teriakan “Free Palestine” dari penonton yang memenuhi arena.
Vokalis utama, Mo Chara (Liam O’Hanna), tampil dengan keffiyeh Palestina dan melontarkan kritik tajam terhadap PM Inggris Keir Starmer. “Perdana Menteri kalian bilang kami nggak seharusnya tampil di sini, jadi f*** Keir Starmer,” ucapnya lantang dari atas panggung.
Mo Chara juga menyebut nama Palestine Action Group, organisasi pro-Palestina yang baru dinyatakan ilegal di Inggris berdasarkan Undang-Undang Terorisme 2000. Aksi mereka ini bukan yang pertama. Saat tampil di Coachella April lalu, Kneecap menyebut Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, didukung oleh AS. Sejak saat itu, sejumlah konser mereka dibatalkan.
Mo Chara sendiri kini sedang menghadapi proses hukum di Inggris karena dituduh mendukung organisasi terlarang setelah tanpa sengaja mengangkat bendera Hezbollah saat konser. Ia mengaku tidak tahu bendera itu berasal dari mana dan menyebut kasus ini sebagai bentuk pembungkaman terhadap suara mereka.
Sementara itu, BBC memilih tidak menayangkan penampilan Kneecap secara langsung di TV dan hanya akan mengunggahnya online. Bahkan penampilan Bob Vylan, duo rap-punk Inggris yang manggung sebelumnya dan memimpin chant “Death to IDF”, juga tidak akan tayang di BBC iPlayer karena dianggap menyinggung.Meski dihantam kontroversi, Kneecap tetap berdiri dengan suara politiknya. Dan lewat panggung Glastonbury, mereka mempertegas bahwa musik bisa jadi bentuk perlawanan.
Apakah musik memang seharusnya jadi ruang untuk menyuarakan hal-hal besar seperti ini?