Kiss FM Medan – Pada tanggal 10 Maret, produser Jo Sung Hyun yang membuat serial dokumenter Netflix ‘In the Name of God, A Holy Betrayal,’ mengadakan konferensi pers tentang dokumenter yang menimbulkan kegemparan di Korea maupun Internasional. Pada hari itu, produser berbicara tentang berbagai topik, seperti alasan pembuatan serial dokumenter dan apa yang membuatnya mengatasi ketakutannya.

Produser Jo Sung Hyun mengakui bahwa ada korban di antara keluarga dan teman-temannya, sehingga sudah lama menjadi ‘pekerjaan rumah’ baginya untuk meliput kisah aliran sesat.

‘In the Name of God, A Holy Betrayal’ dari episode-episode yang meliput kisah-kisah sekte besar yang muncul di Korea dan menjelaskan empat individu yang mengaku sebagai dewa. Serial dokumenter tersebut terutama mengungkap kebenaran mengejutkan dari JMS atau Providence, kultus yang dipimpin oleh pendirinya yang melakukan pelecehan seksual terhadap banyak wanita.

Produser Jo Sung Hyun menjelaskan bahwa produksi memakan waktu hampir dua tahun, dan dia telah mewawancarai hampir 200 orang. Dia berbagi, “Saya ingin banyak orang mengetahui dan mengenali insiden dan agama ini untuk mengangkat topik dan kesadaran sosial. Saya senang hal-hal ini terjadi dan perubahan sosial tampaknya sedang terjadi.”

Produser juga membagikan apa yang membuatnya begitu bersemangat untuk meliput kisah agama semu. Dia mengaku, “Saya tidak bisa terlalu dalam tetapi ada korban agama semu di keluarga saya. Ada korban di antara kenalan saya di sekitar saya.” Ia menjelaskan bahwa kisah yang ia ceritakan bukan hanya kisah para korban, tapi kisahnya juga.

Saat meneliti sekte tersebut, produser Jo Sung Hyun diikuti dan diancam oleh orang-orang yang terkait dengan JMS. Namun demikian, menurutnya ini adalah topik yang harus dia ungkapkan kepada publik dan memastikan tidak ada orang lain yang menjadi korban organisasi mereka.

Produser Jo Sung Hyun menjelaskan, “Saya memiliki seorang putri dan seorang putra. Saya khawatir ketika mereka pergi ke taman kanak-kanak. Ini berbeda dari saat ayah profesor Kim Do Hyung diserang dan saya yakin Korea telah banyak berubah sejak saat itu. Namun, saya masih khawatir.” Dalam wawancara lain, produser menjelaskan bahwa dia telah membawa senjata bius dan pentungan setelah merilis film dokumenter ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here