Kiss FM Medan – Faktanya kita semua terlalu sering mengumpat dan jadinya umpatan udah nggak asik lagi. Sumpah serapah biasanya adalah kata-kata tabu—sebagai ekspresi emosional—dan berbeda dari orang-orang di era Victoria, yang bakal jantungan saat mendengar orang mengucapkan kata-kata umpatan tersebut.
Dilansir dari buku “Swearing Is Good For You” karya Dr Emma Byrne, mengumpat ternyata baik buat kesehatan manusia. Tapi terlalu sering mengumpat, orang justru lebih gampang cekcok atau makin rasis dan homofobik.
Kafe langganan tutup? Kampret. WiFi ngadat? Tot. Seorang teman melakukan hal goblok? Jirrrrr.
Mengumpat secara refleks
Menurut Dr Emma Byrne: Ada jenis umpatan yang sifatnya refleks, misalnya saat kaki kita kepentok, kita enggak melakukan proses kognisi yang panjang dan biasanya umpatan ini tidak canggih. Nah, kalau kamu mengumpat secara sengaja, namanya proportional swearing, dan hal ini bisa sangat bernuansa. Ini seperti bercanda dan sarkasme, karena kamu harus meniru pola pikir orang yang kamu ajak bicara dan mendapatkan perasaan yang akurat tentang muatan emosi yang kamu kirim pada mereka. Kelas bahasa inilah yang mencakup hal-hal yang biasanya tidak dapat kita bicarakan tanpa rasa malu. Sesuatu yang memiliki kedekatan emosional.
Terlalu sering mengumpat, orang justru lebih gampang cekcok atau makin rasis dan homofobik
Mengumpat itu penting seperti serat dalam tubuh kita. Benar, kalau kita butuh serat tapi kita kan makanan kita tak harus berisi serat seluruhnya. “Jadi saya lebih berhati-hati saat mengumpat. Saya pahami baik-baik tiap umpatan dan berusaha memahami pesan-pesan emosional yang tersirat. Kadang agak bikin merinding sih karena beberapa umpatan keluar dari perasaan marah dan frustasi. Masalahnya, mau bagaimana lagi, kadang ini jadi satu-satunya cara untuk mengekspresikan kedua jenis perasaan itu.”
Gimana caranya ngurangin kebiasaan mengumpat yang udah sering dilakukan?
Puasa mengumpat!
Artikel lengkapnya bisa dibaca di VICE