Close your eyes,

I’ll find you in the crowd,

So I can feel you…

Tidak perlu waktu lama untuk mengakui musikalitas Kognes Park.

Detik kedelapan dalam lagu ini berhasil merangsang lobus temporal di dalam otak besarku dengan ledakan megah namun samar.

Selama tiga menit tiga puluh tiga detik (3:33) lamanya, ‘Modern Lovers’ menyesatkan sekaligus menuntun melalui riuh redam nuansa noise pop-nya.

Syarfan Khair, Daniel Alessandro, dan Dennis Artha, menenggelamkan pendengar ke aurora biru yang bernapas pada karya mereka.

Modern Lovers: Aurora Biru Dari Kognes Park

Will i ever see you again,

All the chances seem so far…

‘Modern Lovers’ terasa seperti isi hati dan pikiran seorang melankolis; pesimis namun optimis.

Monolog sendu seseorang yang tidak siap akan perpisahan dan jarak yang menyertainya. 

Siapa yang meninggalkan atau ditinggalkan? 

Entahlah.

Yang jelas ada harapan tersembunyi dalam nada sayu dan lirik ‘Modern Lovers’.

Alunan synth seakan berdenyut mengikuti diafragma yang mengembang saat kita menarik napas, diikuti dengan ritmik yang berdetak lancar. 

Dengan tempo 90 BPM, lagu ini melepaskan dopamine dan endorfin pendengar teratur secara perlahan.

Tidak ada alasan lain bagiku untuk menyukai lagu ini selain;

It’s personal.

Romantis dalam kompleksitas yang sederhana.

Say goodnight,

Is it love?

Penampilan Kognes Park di Red Continuum minggu lalu sudah menuntaskan rasa penasaranku kepada band yang belum pernah muncul di panggung publik ini.

Tentunya, menyajikan ‘Modern Lovers’ sebagai lagu terakhir dari performance mereka.

‘Modern Lovers’ oleh Kognes Park pantas mendapatkan tempat dalam daftar ‘lagu-yang-kuharap-ada-di-saat-aku-berumur-tujuh-belas-tahun’.

Tentunya, versi remaja diriku juga akan sangat menikmati ‘Modern Lovers’.

Sayang, lagu ini datang terlambat sekitar dua belas tahun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here