Kiss FM Medan – Film Hujan Bulan Juni akan tayang pertengahan November nanti dan akan dibintangi oleh Adipati Dolken, Velove Vexia dan seorang aktor Jepang, Koutaro Kakimoto. Perlu kamu tahu kalau film Hujan Bulan Juni diangkat dari novel terkenal karya sastrawan Sapardi Djoko Damono yang sarat akan puisi-puisi indah menyayat hati. Duh, ngeliat trailer filmnya aja kita bisa melihat dialog-dialog yang dilontarkan semua pemerannya sarat akan tata bahasa layaknya puisi.
Nah, berikut ini adalah kumpulan puisi yang muncul di dalam novel Hujan Bulan Juni yang bisa kamu contek dan kirim kepada kekasih hati.
“Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku tak kan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“Kita berdua saja duduk,
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput,
Kau entah memesan apa,
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras,
Kau entah memesan apa,
Tapi kita berdua saja duduk,”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“SEMENTRA KITA SALING BERBISIK
Sementara kita saling berbisik
Untuk lebih lama tinggal
Pada debu, cinta yang tinggal berupa
Bunga kertas dan lintasan angka-angka
Ketika kita saling berbisik
Di luar semakin sengit malam hari
Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.
(1966)”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“JARAK
dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit; kosong sepi”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
“DI RESTORAN
Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
ilalang panjang dan bunga rumput —
kau entah memesan apa. Aku memesan
batu ditengah sungai terjal yang deras —
kau entah memesan apa. Tapi kita berdua
saja, duduk. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.
(1989)”
― Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni
6