Kiss FM Medan – Jeka Saragih bukan cuma bertarung di oktagon, tapi juga di medan yang lebih sunyi: komentar sinis dari bangsanya sendiri. Dalam wawancara eksklusif bersama IDN Times, petarung asal Simalungun ini curhat soal keraguan dan hinaan yang ia terima bukan dari lawan, tapi dari tanah airnya sendiri.

“Bukan lawan saya, tapi satu negara sendiri yang meremehkan,” kata Jeka blak-blakan. Ia mengaku sejak awal mengikuti Road to UFC, sudah banyak komentar negatif yang datang. Bahkan setelah berhasil menang dan mendapatkan kontrak UFC, cemoohan masih terus berdatangan.

Salah satu momen yang sempat menuai reaksi adalah saat face-off. Gaya Jeka yang dinilai ‘tengil’ sempat jadi bahan hujatan. Namun ia menegaskan, itu bukan bentuk kesombongan, melainkan bagian dari strategi untuk mengangkat semangat dan mental bertarung. “Itu salah tangkap. Saya hanya ingin tunjukkan bahwa saya siap berdarah-darah,” jelasnya.

Kini, Jeka sedang mempersiapkan pertarungan keempatnya di UFC 316 yang akan digelar 8 Juni 2025. Ia akan menghadapi Joo Sang Yoo, petarung asal Korea Selatan yang belum pernah kalah dalam delapan laga. Tapi bagi Jeka, rekor tak pernah jadi beban. “Rekor itu sih cuma jumlah. Nanti, kalau jumpa, saya buat 8-1,” ujarnya santai.

Kisah Jeka Saragih bukan hanya tentang pukulan dan tendangan maut. Tapi juga tentang keteguhan menghadapi keraguan—termasuk dari tempat yang paling dekat: rumah sendiri. Dari Simalungun ke UFC, perjuangannya adalah bukti bahwa mimpi besar butuh hati baja. 🇮🇩🔥

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here