Kiss FM Medan – Bagi yang sudah familiar dengan lagu-lagu Doechii seperti Booty Drop, What It Is, dan MPH, pasti tahu betapa serunya musiknya yang siap menghentak lantai dansa. Namun, lewat album penuh keduanya ini, Doechii menunjukkan sisi yang jauh lebih luas. Jika dibandingkan dengan album debutnya pada 2020, terdengar perubahan signifikan dalam gaya musiknya, dengan delivery yang lebih keras, tajam, dan agresif. Alligator Bites Never Heal adalah titik pertemuan pada persimpangan antara Doechii sebelum dan sesudah dia menyemat status superstar dan chart-topper. Album ini terasa sangat personal, mencerminkan perjalanan dan pertumbuhannya sebagai seorang musisi.
Judul Alligator Bites Never Heal memberikan gambaran mengenai tema utama album ini. Doechii menggali pengalamannya tumbuh besar di Florida, tempat di mana alligator adalah simbol yang sangat identik. Ia menjelaskan bahwa gerakan ‘Death Roll’ yang dilakukan oleh alligator—sebuah gerakan cepat dan mematikan untuk melumpuhkan mangsa—adalah salah satu inspirasi utama di balik album ini. Seperti halnya alligator yang bisa tenang dalam satu detik, lalu berubah menjadi agresif dalam sekejap, musik Doechii juga bergerak antara dua kutub tersebut: kalem dan lembut, namun dalam jentikan jari bisa tiba-tiba menggelegar dan penuh energi.

Dari lagu pembuka, STANKA POOH Doechii langsung set the tone untuk album ini dengan membuka dirinya akan ketakutan-ketakutannya diatas musik yang gelap dan menyeret. Dalam lagu Denial Is A River, ia berbicara seolah berdialog dengan alter egonya mengenai pembaruan hidupnya sejak merilis EP pertamanya Oh The Places You’ll Go. Dialognya yang cerdas dan penuh humor mengundang pendengar untuk semakin terhubung dengan perjalanan pribadi Doechii. Lagu ini juga memperlihatkan kedalaman emosionalnya dan ketidakpura-puraannya dalam menyampaikan kisah hidupnya.
Album ini juga punya momen-momen introspektif yang sangat menarik. Salah satunya adalah trek BLOOM, sebuah interlude yang bisa dibilang adalah ‘water station’ di tengah-tengah trek-trek yang keras dan penuh tenaga dari sang bravado. Disini, Doechii berbicara tentang keseimbangan antara mengejar impian dan tanggung jawab yang datang seiring dengan kesuksesan. Lagu lain yang tak kalah menarik adalah PROFIT, di mana Doechii dengan berani mengkritik arah karier musiknya, sambil mengungkapkan ketidakpuasan terhadap labelnya dengan gaya satir yang sangat memikat lewat musik r&b yang hipnotik: “My label hate the direction I’m goin’, they knock my shit.”
Salah satu hal yang paling menonjol dari Alligator Bites Never Heal adalah kemampuan Doechii untuk berpindah dari rap yang agresif ke nyanyian yang lembut dengan sangat mulus. Trek seperti HIDE N SEEK menunjukkan kemampuan Doechii bernyanyi layaknya bisa saja dia berbagi pita suara dengan Erykah Badu ataupun jadi personil trio-trio r&b 90-an akhir. Trek penutup, yang juga menjadi judul album, menunjukkan sisi intim dan personal Doechii. Lagu ini memadukan nuansa lo-fi yang hangat dengan sentuhan rap dan melodi, seakan Doechii kembali menunjukkan sisi lembutnya, meskipun ia dikenal sebagai sosok yang berani dan tangguh. Disisi lain, banyaknya Doechii menggunakan kata-kata yang merujuk hal seksual terkadang memang bisa sedikit mengganggu. Namun, untungnya hal itu bisa termaafkan lewat penyampaian Doechii yang memang dari awal karirnya dikenal lewat persona komikalnya, sehingga masih bisa termaafkan.
Selain itu, lagu FIREFLIES yang datang setelah trek miami bass andalan bertajuk SLIDE, menawarkan suasana musik R&B yang dreamy dan hazy, dengan penggunaan ambient yang menambah kesan nokturnal. Di sini, Doechii juga menonjolkan sisi sensualnya, membuktikan bahwa memang seorang rapper yang agresif dalam merapal lirik tetaplah seorang manusia yang pasti punya sisi romantis.
Secara keseluruhan, Alligator Bites Never Heal membawa pendengarnya pada sebuah perjalanan yang penuh kontras. Album ini terasa seperti perjalanan melalui terowongan gelap dengan kecepatan tinggi, hanya untuk keluar ke dunia yang lebih terang dan indah di akhir perjalanan. Musiknya kotor, mentah, dan penuh energi, namun di sisi lain, ada momen-momen yang cukup menyentuh di dalamnya.

Dengan 19 lagu yang menampilkan berbagai elemen musik, mulai dari boom-bap, soul, r&b kontemporer, hingga elektronik, Alligator Bites Never Heal menjadi karya yang terdengar sangat variatif, namun tetap terasa kohesif. Album ini bagaikan Frankenstein musikal yang menyatukan berbagai genre dan gaya untuk menciptakan sesuatu yang terdengar segar dan atraktif.
Album ini bukan hanya sekadar koleksi lagu-lagu yang ditumpuk jadi satu tanpa ada dasar; pada awalnya mungkin album ini terdengar kelewat variatif namun seiring berjalan waktu, album ini akan terdengar memikat—sebuah album ‘slowburner’ jika didengarkan satu per satu. Alligator Bites Never Heal adalah pernyataan tegas bahwa Doechii sedang menuju tahta sebagai “Queen of Rap” lewat lirik dan kemampuan musikal yang tajam. Jika ada keraguan sebelumnya tentang posisi Doechii dalam game rap, album ini jelas menjawabnya. Album Alligator Bites Never Heal ini penuh kejutan, berani, dan tak kenal takut—sebuah karya yang sangat layak dinikmati.